“Menghindari masalah yang harus kamu hadapi itu seperti menghindari kehidupan yang harus kamu jalani.”
Malam ini aku pergi keluar. Menuntaskan tangis yang selama ini sekuat tenaga aku tahan. Perlahan air mata keluar menghiasi malam yang sunyi. Teringat kejadian tadi membuat hatiku semakin sakit. Papa, mama, keluargaku benar-benar sudah berantakan. Papa dan mama akhirnya bercerai. Aku yang seharusnya masih ingin merasakan kelembutan seorang ayah, kini tidak akan bisa lagi. Papa meninggalkan keluargaku tadi sore. Ntah pergi kemana aku juga tidak tahu.
Aku ingin meninggalkan semua kepahitan. Hidupku tak akan bisa bahagia seperti dulu lagi. Aku tak ingin sebelum pada akhirnya kesakitan terasa lebih dari ini. Tuhan, tolong cabut nyawaku. Agar aku bisa merasakan indahnya surga akhirat dibandingkan kepahitan neraka dunia. Aku juga ingin bahagia layaknya mereka yang bisa bercanda bersama keluarga mereka. Kerinduan yang terasa hangat.
Kini tangisku telah usai. Kulihat jam ditangan menunjukkan pukul sebelas malam. Aku pun bergegas pulang. Semoga saja ketika aku pulang, semua ini hanya mimpi belaka. Papa masih ada di rumah bersama mama.
***
“Tersenyumlah. .
Bukan karena hidup memberikanmu alasan untuk tersenyum. Namun karena senyummu adalah alasan orang lain tersenyum.”
Esok harinya aku berangkat sekolah. Ku lihat di meja makan tak ada siapa-siapa. Cuma ada beberapa makanan. Ternyata semua ini nyata. Papa sudah pergi. Dengan lesu, aku berjalan keluar mencari mama. Kulihat mama sedang menyiram bunga. Aku pun pergi ke sekolah tanpa sarapan. Ketika sampai di sekolah, aku langsung berjalan ke kelas.
“Kemana aja kamu, Ma. Udah dua hari nggak masuk sekolah,”tanya teman Ema, namanya Eji.
“Nggak kemana-mana. Ada sesuatu aja,” aku menjawab.
“Kayak Syahrini yah. .sesuatu,”
Aku tersenyum mendengan ocehan temanku.
“Ke kantin yuk, laper ni,”
“waduh.. pagi-pagi udah laper. Cepet amat,”
Tanpa menjawab aku langsung menarik tangan Eji. Maklum, aku kan tadi tidak sarapan. Sampai di kantin aku memesan nasi soto. Asyik menunggu, tiba-tiba ada seorang cowok lewat yang tanpa sengaja menumpahkan minumannya ke bajuku.
“Maaf..maaf.. aku nggak sengaja. Maaf yah. Sini aku bantu bersihin,” dia berkata sedikit menyesal.
“nggak usah aku bisa sendiri,” aku sewot.
Dia langsung pergi. Kurang ajar banget tuh cowok maen nyelonong aja. Coba aja nasi aku sudah ada. Tahan aku nggak makan pengen ngelempar ke muka dia. Huuuh. .Tapi kira-kira cowok itu siapa yah. Kayak baru ngeliat aja. Ah..udahlah! Ngapain dipikirin, penting aja nggak.
***
“Ketahuilah, cinta tak akan pernah sekalipun mengetahui tingkat kedalamannya, bila ia belum diterkam oleh perpisahan.”
Sekian lama setelah mencoba mengembalikan jati diriku kembali, aku perlahan mulai bisa. Cowok yang dulu pernah aku lihat, yang pernah nyiramin aku dengan minumannya kini menjadi teman baikku. Namanya Sandy. Dialah orang yang selama ini membuat aku bangkit dari kesedihan. Membuat aku membuang jauh-jauh pikiran tentang ketidakadilan Tuhan. Tuhan telah menggantikan papa dengan seseorang yang membuat aku mengerti tentang makna kasih sayang keluarga dan arti kehidupan yang sedang aku jalani ini.
Berbulan-bulan kami berteman. Dan ternyata dia menyukaiku. Sandy memintaku untuk menjadi pacarnya. Aku pun bersedia. Kurasa inilah saatnya mengubah status jomblo yang sudah satu tahun ini melanda hidupku. Dibalik itu, aku juga mencintainya. Aku menyayanginya. Hubungan kami pun berjalan dengan lancar. Tapi ternyata di hari aku sebulan berpacaran dengan Sandy, suatu masalah terjadi. Ntah kenapa ada seorang cewek yang dekat dengan Sandy. Aku mulai curiga.
“Cewek yang sms kamu itu siapa? Rutin banget ya sms,” tanyaku curiga.
“Nggak. Cuma temen aja!”
“Temen tapi demen?”
“Apaan sih. .aku tuh udah ada kamu. Ngapain coba aku demen sama cewek lain,”
“Beneran ya?”
“Iya. Bener.”
Aku sedikit lega. Rasa curigaku mulai berkurang. Tapi ternyata malamnya Sandy memintaku putus dengan alasan yang nggak jelas. Aku sedih banget. Esoknya terdengar kabar dia pacaran sama Tia. Cewek yang selama ini sering smsan sama Sandy. Aku kecewa banget. Dia udah bilang sama aku bahwa dia nggak suka sama Tia. Tapi nyatanya apa. Dia berbohong lagi. Aku sakit Sandy. Awalnya aku percaya banget sama kamu. Tapi kamu membunuh kepercayaanku itu. Aku benar-benar menyesal.
Seminggu, dua minggu aku menangis. Aku sama sekali tidak mau keluar kamar. Mama mulai khawatir dengan kondisiku. Mama terus menyuruhku untuk makan. Hingga pada suatu hari aku pingsan dan dibawa ke rumah sakit. Aku dirawat disana. Ketika bangun, aku mendengar suara mama yang menangis. Mama berbicara dengan dokter.
“Maaf, bu. Anak ibu itu ternyata sudah lama mengidap kanker otak. Mungkin nyawanya tidak akan lama lagi,”
“Dok..tolong selamatkan anak saya, dok. Berapa pun biayanya akan saya bayar,”
“Iya, bu. Kami akan berusaha semaksimal mungkin. Tapi keputusan tetap di tangan Tuhan.”
Aku yang mendengar semua itu langsung menangis. Umurku tidak akan lama lagi. Aku rindu keluargaku yang dulu masih utuh. Aku rindu dengan Sandy. Dy, aku sudah memaafkanmu. Aku tidak membencimu. Aku selalu sayang kamu.
Semakin hari keadaanku semakin memburuk. Mama sering menangis. Aku sedih sekali melihatnya. Tuhan, tolong jaga mama. Jangan pernah biarkan orang lain melukainya. Disaat hari terakhirku di dunia, Sandy menemuiku.
“Ma, maafin aku, Ma. Maafin aku yang pernah ngelukain perasaan kamu. Aku menyesal banget. Aku janji akan selalu jagain kamu,”
“Aku sudah memaafkanmu, Sandy. Terima kasih selama ini telah memberi warna terang dalam gelapnya kehidupanku. Semoga kamu tetap yang terbaik dan terindah yang pernah ku temui dalam perjalanan hidupku.”
Aku menghembuskan nafas terakhir dengan senyum bahagia. Bahagia yang tercipta oleh waktu. Terima kasih atas semuanya. Dibalik tanganku mama menemukan secarik kertas yang sempat aku tulis. Kemudian Sandy dan mama membaca bersama.
Sandy, saat kamu membuka kertas ini. Ketahuilah, saat itu aku tlah tiada di dunia ini. Kesalahan yang pernah kamu buat adalah suatu hal yang sangat membuatku begitu perih. Tapi kesakitan itu tak sebanding dengan bahagia yang pernah aku dapat saat mengenalmu, mencintaimu, dan menyayangimu. Sandy, aku tau kamu pasti akan menyesal. Tapi, aku tak pernah merasa membencimu. Karena kecintaanku untukmu tlah mengalahkan rasa benciku ini. Aku bahagia pernah bertemu denganmu. Aku bahagia pernah mencintaimu. Aku bahagia pernah dicintai olehmu.
Buat mama, terima kasih telah membesarkanku sampai sekarang ini. Jasa mama takkan pernah aku lupakan. Mama jangan bersedih. Biarpun sosok ku tlah tiada. Tapi ingatlah, aku slalu ada di dalam hati mama. Terima kasih atas semuanya. Maaf kalau aku ada salah.
Sayang kalian selalu
Perlahan Sandy dan mama meneteskan air mata. Sandy mencengkeram kertasnya. Dia menangis sejadi-jadinya. Mama berusaha menenangkan Sandy. Dari dunia lain, aku menyaksikan dengan menangis dan tersenyum bahagia. Selamat tinggal semuanya. Semoga kalian bisa menjalani hidup dengan hal yang lebih baik lagi.
“Sebenarnya sangatlah mudah menjadi Bahagia. Kebahagiaan akan datang saat kita memaafkan diri kita sendiri, memaafkan orang lain, dan hidup dengan penuh rasa syukur. Tidak pernah ada orang egois dan tidak tahu berterima kasih mampu merasakan bahagia, apalagi membuat orang lain bahagia. Hidup ini memberi, bukan meminta.”
*****
Nama Penulis: Meyzira
Alamat Fb: opanwizzkid@yahoo.co.id
bagaimana gan kerenkan heheheh